Sabtu, 02 Agustus 2014

TIGA GOLONGAN DI HARI PEMBALASAN


                   TIGA GOLONGAN DI HARI PEMBALASAN
Kehidupan manusia di dunia ini dibatasi oleh kelahiran dan kematian. Seorang anak manusia memulai kehidupannya sejak dilahirkan atau bahkan sejak ditiupkan roh atasnya ketika dalam kandungan. Setelah terlahir maka dia menjalani kehidupan sebagai bayi dan anak-anak. Kemudian  menjadi remaja dan lalu berubah menuju dewasa dan orang tua. Lembar kehidupan di dunianya diakhiri dengan kematian.
Dalam pemahaman keimanan, kematian bukanlah akhir dari kehidupan.  Dalam  berbagai kitab suci dijelaskan bahwa saat manusia mati jiwanya tidak dapat merasakan apapun, tidak mendengar, tidak melihat, tidak bisa membantu dengan minta kepada kuburannya ataupun menggaggu yang masih hidup. Justru sudah sepatutnya keluarga yang ditinggalkan mendoakan almarhum atau almarhumah.
Kematian dapat diterjemahkan sebagai adalah proses “istirahat” hingga dibangunkan kembali untuk dimintai pertangungjawaban atas segala amal perbuatannya di pengadilan Allah SWT.  Setelah ada keputusan final dan inkrah, maka dia bisa menempati posisinya masing masing, apakah menjadi golongan kanan, golongan kiri atau golongan paling dahulu beriman sebagaimana diisyaratkan dalam Al Qur’an Surat Al Waqi’ah.
Golongan pertama adalah kaum   Assabiqun (paling dahulu beriman) yaitu kaum yang paling pertama-tama masuk surga. Mereka adalah golongan orang-orang yang didekatkan kepada Alloh  SWT. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang terdahulu dan sebagian kecil adalah para pengikut Nabi Muhammad SAW. Harapannya kita bisa masuk kedalam kaum yang sebagian kecil tersebut. Allohuma Aamiin.
Mereka berada dalam surga kenikmatan yang ditempatkan di singgasana yang bertahtakan emas  dan permata. Di tempat yang membahagiakan ini mereka disediakan  Mereka dilayani oeh kelilingan anak-anak muda yang tak kan pernah menua. Mereka membawa piala, sloki dan ceret yang berisi  minuman yang tak membuat pusing atau memabukkan. Berbagai jenis makanan tersedia, baik buah-buahan maupun daging.  
Mereka  juga juga dilayani oleh para bidadari yang jelita. Dalam kehidupan abadi mereka, tidak dijumpai atau terdengar kata-kata keji, tak bermakna atau kalimat yang membuat dosa. Yang terdengar adalah ucapan salam. Lebih banyak dilafalkan kalimat yang saling mendoakan atas keselamatan  bersama. Tentu saja ini adalah bentuk balasan atas segala amal kebaikan manusia saat masih hidup di dunia. Mereka hidup kekal dengan bahagia di surga.  Masya Alloh.
Golongan kedua adalah golongan kanan (Ashabul Maimanah). Mereka yang termasuk golongan ini sebagian besar para pendahulu dan sebagian besar kaum Nabi Muhammad SAW.  Golongan kanan digambarkan sebagai golongan umat yang sangat mulia. Mereka juga dilukiskan sebagai golongan yang berbahagia.
Kaum yang masuk dalam golongan kanan berada dalam naungan yang teduh, diantara pohon-pohon bidara dan pohon pisang yang bersusun-susun. Terdapat air yang berlimpah, tempat tidur dari kasur yang empuk dan dilayani oleh bidadari atau bidadara yang belia seusia penduduk golongan kanan.
Di tempat golongan kedua ini tersedia berbagai buah yang tak mengenal musim, dan semua tinggal mengambil tanpa ada larangan. Berbeda saat masih berada di dunia, mau pesandurian di musim rambutan tentu akan sangat sulit. Atau mencari buah mangga untuk isteri yang sedang ngidam, sementara sat itu bukanlah musim mangga. Sesuatu yang sangat berat  khan?  Bahkan terlihat mustahil. Sedangkan di surga, semua tersedia dengan sangat mudah untuk memetik dari dekat.   
Semoga kalaupun tidak masuk pada golongan Assabiqun (terdahulu beriman), mari berdoa semoga insha Alloh kita bisa masuk dalam golongan Ashabul Maimanah (golongan kanan).  Aamiin ya rabbil alamin.
Golongan ketiga adalah golongan kiri (ashabul masy’amah). Golongan ini merupakan kaum yang berada dalam siksaan. Mereka di naungi oleh awan hitam pekat yang tidak menyisakan tempat nyaman, sejuk  ataupu n menyenangkan.  Mereka berada dalam hembusan angin yang panas dan air mendidih. Pengap, kering dan sangat menyiksa. Bayangkan saat panas sebelum hujan saja kita sudah banyak mengeluh dengan bringsang, sumuk atau haredang, apalagi konon di neraka.
Mereka diberi hidangan pohon zaqqum (pohon neraka) yang akan memenuhi perut mereka. Lalu mereka akan meminum air mendidih sebagaimana unta yang kehausan. Semua itu merupakan balasan atas segala tindakan kaum kiri saat masih hidup di dunia. Mereka hidup bermewah-mewah tanpa melihat halal haram harta mereka. Mereka tak lagi peduli pada asal harta dan cara perolehan, serta cara penggunaannya. Bahkan bagi merka berpendapat, jangankan mencari harta yang halal, yang haram saja sangat sulit.
Jadi mereka tidak lagi melihat tuntunan dan etika berikhitiar menemput rezeki.  Tak peduli apakah dengan korupsi, menipu atau mengurangi takaran dan timbangan. Yang penting mendapat harta yang banyak dan berpuas-puas. Mereka berpendapat hidup  ini cuma satu kali mengapa harus mau ditindas oleh ajaran agama yang membelenggu kebebasan.
Golongan kiri dalam kehidupan dunia terus menerus melakukan  dosa-dosa besar dan tak pernah bertaubat. Mungkin mereka percaya dan mengakui adanya Alloh, namun mereka masih percaya pada kekuatan lain menyekutukan Alloh. Dosa syirik ini merupakan dosa yang sangat besar, bahkan satu dosa yang tak akan diampuni kalau tidak bertaubat. Demikian juga dosa-dosa besar lain seperti durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa hak dan lainnya. 
Mereka juga menyangkal kebenaran hakiki yang berasal di Alloh SWT. Mereka tidak percaya bahwa akan datang hari kebangkitan dan pembalasan. Mereka menggunakan logika yang tak akan memercayai bahwa tubuh, tulang daging dan kulit manusia yang telah menjadi debu akan dibangkitkan kembali. Ah, mana mungkin ada kuasa seperti itu! Begitu pikir mereka. Na’uudzubillah!
Gambaran dalam Al Qur’an bukanlah bualan yang meninabobokan.Kalam illahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai peringatan dan penuntun bagi seluruh umat manusia. Isinya menjelaskan  berbagai perihal kehidupan manusiai baik di dunia maupun akhirat. Keyakinan kita akan datanganya masa akhir dan hari pembalasan adalah nyata. Sudah saatnya kita menentukan kemana kita akan minta ditempatkan oleh Allah SWT.
Bisa dipastikan, setiap orang menginginkan kehidupan yang penuh kesenangan. Istilahnya, saat kecil disayang orang tua, muda bahagia, tua sejahtera dan setelah mati masuk surga. Sebuah impian yang memang didambakan setiap insan, termasuk kita. Semoga dambaan ini menjadi kenyataan. Kalaupun hal itu terjadi jangan pernah khawatir karena surga Allah SWT sungguh sangat luas. Semua makhluk bisa tertampung di surga-Nya. Insha Allah.
Kebahagiaan surgawi bisa juga kita mulai dari kehidupan di dunia ini. Kehidupan yang serba berkecukupan baik sandang, pangan maupun papan merupakan salah satu unsur bahagia. Kehidupan yang dijauhkan dari penyakit, dan bencana sudah menjadi rasa bahagia itu sendiri, Jika dalam hidup dipenuhi rasa saling menyayangi dan menghormati juga merupakan bentuk kebahagiaan.  Jadi bahagia di surga ternyata bisa dicicil dari saat kita masih hidup di dunia.
Untuk menggapai kebahagiaan abadi itu tentu kita harus mengupayakan dengan sungguh-sungguh. Karena tak ada kebahagiaan yang dicapai dengan berleha-leha, tanpa pengorbanan. Istilah dalam bahasa Jawanya jer basuki mawa bea, untuk mencapai kebahagiaan perlu pengorbanan. Maka marilah kita menggapai kebahagiaan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena sesungguhnya Dia berada di dekat kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. Dan Allah mengabulkan setiap permohonan makhluk. Tentu agar kita mendapat kebahgiaan yang kita dambakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar