JAMINAN
REZEKI ALLAH SWT BAGI SEMUA MAKHLUK
Kita sering mendengar ungkapan bahwa jodoh, rezeki dan umur adalah misteri Ilahi.
Sebuah ungkapan yang memang benar adanya. Soal umur tak ada orang yang tahu
kapan ajal akan menjemput. Yang kita tahu adalah bahwa semua dari kita akan
saling menyusul. Siapa yang duluan an kapan dijemput Malaikat Maut tak ada yang
mampu mengetahuinya.
Demikian juga jodoh, tak seorang pun yang tahu pasti. Ada
yang awalnya saling membenci ternyata berjodoh dan menikah hingga tua. Kadang
ada orang yang sudah bertunangan tapi menikah dengan orang lain. Ada yang
sangat yakin berjodoh dengan sesorang ternyata menikah dengan orang lain. Atau
bahkan sudah menyebar undangan pernikahan kok
malah batal. Semua itu adalah hak prerogratif
Allah. Hanya Dia lah yang mengetahuinya.
Apalagi tentang rezeki. Semua sudah dituliskan dalam
kitab lauhil maahfuuzh. Ketentuan
yang sudah ada bahkan saat makhluk hidup masih belum terlahir, yang sangat
terjaga kerahasiaannya. Sebuah brankas
yang tak mungkin dicuri oleh manusia, jin dan iblis. File besar tentang
kehidupan makhluk di alam semesta. Semua itu hanya diketahui oleh Allah SWT.
Rezeki tiap makhluk sudah ditentukan. Bahkan binatang
kecil pun mendapat jatah rezeki dari Allah. Coba bayangkan seekor cicak yang
hidup di dinding rezekinya adalah binatang yang bersayap. Kalau kita menjadi
cicak, dengan logika sebagai makhluk yang berakal, tentu kita akan protes
kepada Tuhan.
Kita akan mengatakan bahwa Tuhan tidak berbuat adil. Mengapa
tubuh yang menempel di dinding kok
harus memangsa hewan-hewan bersayap? Bagaiamana kita akan bisa memburu dan
melompat untuk menubruk mangsa? Bukankah kalau kita melompat dari dinding kita
akan terjatuh? Bukankah kita akan
teringat guyonan bahwa cicak jatuh karena dia bertepuk tangan? Bukankah ini
bentuk ketidakadilan?
Ternyata alam bergulir dengan sangat terperinci.
Ternyata tidak ada protes dari cicak. Ternyata cicak menjalani kehidupannya
dengan qona’ah. Menerima dengan penuh
rasa syukur. Dia merayap di dinding dan sesekali berhenti untuk mengawasi
sekelilingnya. Saat mangsanya datang dia segera menjemput dengan lidahnya yang
panjang dan lengket sehingga dia mendapatkan makanannya. Sebuah sistem
pertahanan hidup yang sempurna bagi seekor ciciak.
Demikian juga pada laba-laba dan undur-undur. Binatang yang mengandalkan rumah sebagai
jebakan bagi mangsanya. Seekor laba-laba tiada lelah memeriksa rumahnya. Jika
ada yang sobek atau rusak, ia segera memperbaikinya. Demikian juga pada
undur-undur dia hanya membuat cerukan lubang sebagai sarang dan perangkap bagi
hewan lain yang sudah dikodratkan sebagai santapannya.
Hewan-hewan tersebut hanya menanti datangnya mangsa
yang masuk ke dalam sarang. Tapi Tuhan tak pernah membiarkan makhluknya tanpa
memberi rezeki. Marilah kita perhatikan
contoh kecil yang saya sajikan tersebut sebagai i’tibar. Bukankah ini bentuk
pelajaran bagi kita yang beriman dan berakal?
Tuhan mencipta makhluk dengan segala perhitungan yang
tak pernah meleset. Sebuah presisi
yang tak dapat ditiru oleh makhluk-Nya. Dia
yang memerintahkan maka Dia pula yang memampukannya. Dalam penciptaan
makhluk sudah diperhitungkan juga rezeki yang harus dicukupkan untuknya.
Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an Surat Huud ayat
6, “Dan tidak ada satu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa)
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam
kitab yang nyata (lauhil maahfuuzh)”
Bagi kita, manusia, makhluk yang diciptakan paling
sempurna, maka sudah seharusnya kita lebih bersyukur. Kita harus yakin bahwa
kita tidak perlu khawatir bahwa kita akan menjadi miskin dan tidak mempunyai
rezeki. Semua anak manusia pasti mendapat rezekinya masing-masing. Jadi tidak
perlu kita merasa takut menjadi miskin.
Seperti ungkapan bahwa bayi yang masih berada dalam kandungan atau baru lahir sering
dianggap pembawa rezeki. Saat isteri belum mengandung kita begitu susah
mendapatkan penghasilan, eeh...
begitu hamil empat bulan banyak order
datang, mendapat hadiah dari perusahaan, atau dengan mudahnya kita mendapatkan
uang tambahan. Ini rezeki si jabang bayi, begitu katanya.
Sebagaimana sudah dikemukakan di depan bahwa rezeki
tiap anak manusia sudah tercatat dan ditentukan, maka saatnya sekarang kita
mengambil atau meminjam istilah Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menjemput rezeki. Nah, persoalannya adalah adakah niat dan
kemampuan kita menjemput rezeki yang sudah tercatat
Untuk mencapai
kesejahteraan hidup kita harus bekerja dan berusaha. Namun, itu semua masih
belum cukup. Masih ada faktor X yang juga ternyata banyak memengaruhi
keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan. Faktor X tersebut adalah
nilai-nilai Ilahiah. Sebuah konsep pendekatan ruhiah terhadap setiap persoalan. Faktor X tersebut adalah ketakwaan dan
tawakal.
Seorang muslim sejati tentu akan mendasarkan perjuangan
dalam mencapai tujuan hidup dengan jalan bertakwa dan bertawakal.
“Barang siapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan menckupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Aallah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS 65 :2-3)
Sinyalmen yang sangat jelas, bahwa kita harus bertakwa
dan bertawakal. Siapa orang yang bertakwa maka akan selalu diseddiakan jalan
keluar dari setiap persoalan. Demikian juga dalam hal rezeki, dia menjamin akan
datangnya rezeki bahkan dari jalan yang tak pernah disangka-sangka. Pas beras habis ndilalah ada saudara mengirim nasi. Pas mau bayaran untuk anak
sekolah, pas order dibayar. Semua keperluan dipenuhi oleh Allah. Dan kita
sering menjumpai hal lain yang jauh lebih besar dari apa yang saya sampaikan.
Demikian juga orang yang bertawakal akan mencukupkan
semua keperluannya. Semua ini terjadi atas izin Allah. Saat mau kangen cucu, tiba-tiba mereka datang
bersama keluarga. Ketika butuh uang
untuk membayar rekening listrik, gilirandapat arisan. Betapa semua terjadi
serba pas. Anda pun pasti pernah mengalaminya.
Ini semua tentu karena kehendak Tuhan.
Seorang anak
manusia perlu mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Bahkan dalam Al Qur’an Surat Adz Dzariaat ayat
56 - 58 dinyatakan bahwa tidaklah Tuhan menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk menyembah. Tuhan juga tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari
makhluknya. Tuhan tidak minta diberi makan. Karena sesungguhnya Allah, Dia Maha
Pemberi rezeki, yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
Pada kutipan ayat tersebut kita bisa mengambil beberapa
pelajaran. Tujuan hidup kita adalah untuk menyembah Allah SWT, menyembah Allah
SWT dan menyembah Allah SWT . Tidak ada hal lain. Tidak ada hal lain yang Dia
minta. Dia tidak minta kita memberi makan. Ia juga tak meminta harta dan
rezeki. Justru kitalah yang meminta rezeki kepada-Nya. Karena Dia yang memenuhi
segala kebutuhan kita, karena Allah adalah sumber dari segala sumber rezeki.